Keefektifan Metode Inkuiri Pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

  • Bagikan

penulis : ARBIANI, S.Pd

( GURU SMKN 1 PARITTIGA)

Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu

kepada anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk menguasai materi yang

akan diajarkan. Namun hasil perolehan nilai beberapa mata pelajaran dalam kenyataannya

masih ada yang belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ). Berdasarkan pengalaman peneliti, hal ini disebabkan

oleh, teknik mengajar yang masih relatif monoton. Sejauh ini pembelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan

metode ceramah. Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan interaksi belajar mengajar

yang lebih melemahkan motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam

menerima pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ). Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.

Sehingga jangan disalahkan apabila disetiap jam pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan ( PPKn ) siswa cenderung merasa enggan dan malas. Untuk mengantisipasi

hal tersebut perlu ada solusi dalam penyampaian mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan ( PPKn ) dengan menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada

kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sunardi (2006:13) menyarankan untuk

mengupayakan agar pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn )

menyenangkan anak, sampaikan materi yang sudah dikenal anak hingga anak percaya diri.

Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) haruslah lebih

berkembang, tidak hanya terfokus pada kebiasaan dengan strategi atau urutan penyajian

sebagai berikut: diajarkan definisi, diberikan contoh-contoh dan diberikan latihan soal. Dalam

latihan soal sebaiknya dihadapi bentuk soal cerita yang mungkin terkait dengan terapan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) atau kehidupan sehari-hari (Guntur

Sumilih 2002:103).

Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah

yang diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ), hal ini bisa dilihat dari hasil belajar

yang rendah. Pengalaman guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) sebelum

melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan RPP, media

hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas. Namun guru kurang mampu mengelola

kelas dengan baik, sehingga banyak diantara siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran

yang sedang dilakukan oleh guru bahkan sebagian diantaranya lebih sering mengerjakan tugas

lain. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan

baik oleh siswa maupun guru. Guru hendaknya mengemas proses belajar mengajar dengan

metode yang tepat dan menarik dalam penyajiannya. Salah satu langkahnya adalah

menggunakan metode inkuiri dan bantuan alat peraga. Menurut Holstein (1986: 67) media

akan memperjelas dan membuat pelajaran menjadi lebih konkrit dan jelas bagi siswa.

Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan ( PPKn ) dalam rangka “nation and character building” :

Pertama : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) merupakan bidang

kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.

Kedua : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan ( PPKn ) memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.

Ketiga : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran.

Untuk menfasilitasi pembelajaran PPKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).

Keempat: kelas Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) sebagai laboratorium demokrasi. Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ),

pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui „mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui metode pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

Pembelajaran metode Inkuiri berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah.

Menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide. Dalam pembelajaran metode Inkuiri tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan metode Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri.

Melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari metode yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).

Metode inkuiri didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam (Putrayasa, 2001) sebagai : Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

Jadi dalam metode inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

Kelebihan Metode Inkuiri dalam pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur.

Kelompok yang digariskan secara jelas sehingga kelebihan metode inkuiri ini adalah siswa akan dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan.

Metode inkuiri pada pembelajaran PPKn ini akan menimbulkan ketertarikan siswa pada materi,mengusir kebosanan dan menghilangkan monotonitas kelas yang biasanya didominasi.

Oleh peran guru saja serta memicu tumbuhnya sikap siswa yang seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun, ulet, objektif, jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain. Sedangkan kekurangan metode Inkuiri ini adalah seperti yang dinyatakan oleh.

Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa(kompleks). Sebagai tambahan pada proses discovery (menemukan), inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya.

Merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan persiapan yang matang akan menimbulkan kesulitan.

Untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan metode.

Pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai

Subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar.

Mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif.

Afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi.

Pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.

Adapun pembelajaran yang tepat. Untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Pembelajaran berbasis Inkuiri.

Pembelajaran dengan metode berbasis Inkuiri adalah suatu metode pembelajaran.

Dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.

Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang

Muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut.

Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya.

Membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.

Pembelajaran dengan metode Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn ) siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah ).

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *