Penulis : Arbiani S.pd
Artikel : Guru SMKN 1 Parittiga Arbiani S.pd
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini telah merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan Pendidikan Nasional.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memuat dasar pendidikan nasional, yaitu berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sedang fungsinya yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bertitik tolak dari dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi jelas bahwa manusia Indonesia yang
hendak dibentuk melalui proses pendidikan bukan sekedar manusia yang berilmu pengetahuan semata
tetapi sekaligus membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian sebagai warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam kaitannya dengan pembentukan warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memiliki peranan yang strategis dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik.
Melalui mata pelajaran PPKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji
Pendidikan Kewarganegaraan dalam forum yang dinamis dan interaktif.
Jika memperhatikan tujuan pendidikan nasional di atas, Pembangunan dalam dunia pendidikan perlu diusahakan
peningkatannya. Pada penelitian ini peneliti meneliti pembelajaran pada bidang studi PPKn, karena PPKn bukan sejarah maka hal yang sangat substansial yang harus dipelajari adalah bagaimana penanaman moral pada siswa sejak dini.
Minat belajar siswa pada bidang PPKn ini perlu mendapat perhatian khusus karena minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Disamping itu minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan atau usahanya.
Berdasarkan data awal, selama ini pembelajaran PPKn di SMKN 1 Parittiga masih bersifat monoton dan kurang menarik, Sehingga setiap pelajaran berlangsung siswa jadi kurang tertarik dan
kurang berminat dalam mengikuti pelajarannya. Selain itu di dalam pembelajaran PPKn masih menghadapi banyak kendala-kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain:
Pertama, guru pengampu mata Pelajaran PPKn masih mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran.
Kedua, jumlah siswa setiap kelas cukup besar (30-36 siswa). Terkait dengan jumlah siswa yang cukup besar di setiap kelas ini, proses belajar dihadapkan pada kenyataan keberadaan sarana dan prasarana.
Pembelajaran yang kurang memadai, sehingga hal tersebut juga menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual siswa atau murid secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa terhadap materi pembelajaran.
Ketiga, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti pembelajaran PPKn merasa cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang diceramahkan oleh guru.
Tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak serius dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas.
Keempat, praktik kehidupan di masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, agama seringkali berbeda dengan wacana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas. Akibatnya siswa seringkali merasa apa yang dipelajari dalam proses belajar di kelas sebagai hal yang sia-sia.
Kelima, letak sekolah yang ada di pinggir kota dan juga asal siswa dari pinggir kota merupakan kendala dalam pembelajaran, karena wawasan siswa menjadi sangat terbatas dan kurang, sehingga dalam proses pembelajaran siswa di kelas menjadi tidak aktif dan tidak bergairah untuk bersama- sama proaktif.
Kendala-kendala dalam penyelenggaraan Pembelajaran PPKn sebagaimana dikemukakan di atas, jelas membawa pengaruh pada kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Kondisi semacam ini tentu tidak sejalan dengan semangat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang kurang bermakna ini akan semakin meluas dan apabila pada proses pembelajaran tersebut guru masih menerapkan strategi dan pendekatan pembelajaran konvensional yang memandang siswa sebagai objek, komunikasi lebih banyak berlangsung searah, dan penilaian lebih menekankan aspek kognitif.
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran PPKn, maka dipandang perlu diterapkan model pembelajaran Portofolio.
Melalui pembelajaran portofolio ini siswa diajak untuk mengidentifikasi masalah- masalah yang ada dalam masyarakat dan secara proaktif memberikan alternatif pemecahannya, sehingga diharapkan siswa akan mendapat banyak manfaat baik hasil maupun pelaksanaan akademik, sosial maupun sikap pengertian. Menurut Yager (1992:16)
penerapan konstrukvisme dalam pembelajaran, berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam keseluruhan program pembelajaran.
Melalui pembelajaran seperti ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut masuk dalam otak setelah masuk proses “masuk akal”. Yang tidak
masuk akal akan dikesampingkan. Karena tersimpan secara mendalam, meski pernah lupa, pengetahuan tersebut mudah untuk dipelajari kembali. Materi tersebut sewaktu-waktu dapat digunakan dalam situasi baru yang berlainan dari situasi waktu proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran portofolio, pemecahan masalah dilakukan melalui analiasis ilmiah terhadap isu-isu strategis yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara seperti berlakunya proses perubahan nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya
masyarakat akibat globalisasi, serta kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dengan penyelesaian masalah-masalah sosial budaya yang berkembang di masyarakat.
Sebelum dipilih model atau pendekatan proses pembelajaran, terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah yang menyangkut kekurangan proses pembelajaran PPKn.
1. Kondisi Siswa
a. Semangat belajarnya kurang, jika tidak ada tugas siswa praktis tidak belajar.
b. Sumber belajar yang dimiliki oleh siswa terkait dengan materi PPKn kelas XII ini masih
minim.
c. Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran masih kurang.
d. Hasil prestasi belajar PPKn belum menggembirakan.
e. Potensi siswa belum dimanfaatkan secara optimal.
2. Kondisi Proses Pembelajaran
a. Metode proses pembelajaran yang paling sering adalah metode ceramah.
b. Komunikasi praktis searah, interaksi kurang antara guru dengan siswa.
c. Siswa bersikap pasif, kurang antusias dalam diskusi kelas.
d. Proses belajar berlangsung secara konvensional.
e. Pengontrolan terhadap tugas dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran kurang, tidak ada sanksi tegas bagi siswa yang tidak patuh selama proses pembelajaran.
f. Kurang mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar hanya LKS.
3. Kedisplinan Siswa
a. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
b. Kebiasaan perilaku siswa yang tidak patuh terhadap tugas.
c. Kurangnya teladan guru yang terus menerus memberikan bimbingan dan nasehat.
d. Kurangnya tindakan secara tegas terhadap siswa yang tidak patuh.
Pembelajaran Portofolio merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk memberdayakan
siswa dalam merekonstruksi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan belajarnya (Budiamansyah, 2000:4).
Dalam pembelajaran ini akan dapat dikembangkan untuk mengajak siswa agar mengidentifikasi, menemukan dan mengenali, serta memberikan alternatif pemecahan terhadap masalah-masalah masyarakat.
Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar
siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok.
Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan
apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaannya/tugas-tugasnya.
Strategi intruksional yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi
“inquiry, discovery learning, problem solving learning, research learning”.
Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi masalah yang ada dimasyarakat.
b. Memilih suatu masalah untuk dikaji di kelas.
c. Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji.
d. Membuat portofolio kelas.
e. Menyajikan portofolio/dengar pendapat (show case).
f. Melakukan refleksi pengalaman belajar.
Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitas dari
guru dan menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat).
Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh dari :
a. Manusia
b. Kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis
c. Bahan terekam
d. Bahan tersiar
e. Alam sekitar
f. Situs sejarah, artifak dan lain-lain.
Berdasarkan hasil dari pembelajaran portofolio yang dilaksanakan menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Peningkatan proses belajar berakibat positif pada hasil belajar siswa, hasil siswa mengalami peningkatan.
Ada beberapa peningkatan dalam hal-hal dibawah ini :
1. Suasana belajar dan proses pembelajaran portofolio berlangsung tidak begitu formal, dimana siswa
memiliki kebebasan untuk menentukan bahan kajian yang akan diteliti dan dibahas bersama dalam kelompoknya.
2. Siswa memperoleh beberapa pengalaman belajar yang sangat bermakna, diantaranya pengalaman sosial dalam kerja kelompok.
3. Siswa mampu merefleksikan hasil belajarnya dalam bentuk tanggapan dan koreksi atas penyajian kelompok sebaya
Dengan demikian penerapan pembelajaran portofolio ini perlu diperhatikan bahwa, Guru hendaknya dapat membuat model pembelajaran melalui portofolio ini, dengan mempertimbangkan suatu modifikasi tertentu sesuai dengan sifat dan karakteristik keilmuannya, terutama guru yang mengalami kesulitan dalam membangkitkan semangat dan antusiasme belajar siswa dapat beralih kepada model pembelajaran ini.
Guru dapat memanfaatkan pendekatan portofolio untuk diterapkan pada materi yang lain, karena pembelajaran yang bertumpu pada masalah, sehingga lebih menarik dan menantang. Dan juga siswa hendaknya diberikan persiapan untuk tugas pertemuan selanjutnya, sehingga guru akan lebih ringan dalam menerangkan pokok bahasan selanjutnya.
Dengan pembelajaran portofolio menumbuh kembangkan dalam hal berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam memecah dan mencari solusi suatu permasalahan yang terjadi dimasyarakat, sehingga ketika mereka sudah berada di lingkungan masyarakat, mereka telah paham bagaimana memecahkan dan mencari solusi bila terjadi permasalahan yang mereka dan masyarakat hadapi.