Bangka Belitung, TajukBabel.com,-
Indonesia merupakan pemilik sumber daya timah terbesar kedua di dunia setelah China. Adapun salah satu provinsi yang menghasilkan timah terbanyak yaitu Bangka Belitung.
Timah menjadi tulang punggung ekonomi di Bangka Belitung. Tak main-main, sepertiga dari perekonomian di daerah ini disumbang dari komoditas timah.
Penjabat Gubernur Bangka Belitung Ridwan Djamaluddin mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada 2021 mencapai 5,05%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional sebesar 3,69%.
Walaupun pertumbuhan ekonomi sempat terjun bebas selama pandemi Covid-19 pada 2020, namun menurutnya perekonomian Kepulauan Bangka Belitung kembali pulih pada 2021. Hal ini tak lain karena didukung dengan kontributor utama pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yakni dari sektor pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan.
“Secara rata-rata 30%-35% perekonomian di Bangka Belitung dipengaruhi oleh komoditas ini (timah),” ungkapnya pada acara Indonesia Tin Conference 2022 di Jakarta, dikutip CNBC Indonesia Kamis (20/10/22).
Besarnya kontribusi timah pada pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung, turut berdampak pada rendahnya tingkat kemiskinan di daerah ini. Ridwan menyebut, tingkat kemiskinan di Bangka Belitung tercatat sebesar 4,90%, lebih rendah dibandingkan rata-rata tingkat kemiskinan nasional sebesar 9,54%.
“Kita lihat Babel, ratusan, puluhan tahun timah menjadi penggerak utama. Timah menjadi tulang punggung di Babel, juga secara nasional. Pandemi daerah menjadi kesulitan, tapi secara keseluruhan daerah berbasis tambang tumbuh sehat, kita syukuri sumber daya alam ini memberikan manfaat signifikan,” jelasnya.
Kemudian, Ridwan menambahkan pertumbuhan perekonomian Babel turut didukung oleh ekspor komoditas timah. Per Juli 2022, nilai ekspor timah yang dihasilkan oleh Bangka Belitung mencapai US$ 119,04 juta.
Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia bakal melarang ekspor timah pada 2023 mendatang. Larangan ini dengan tujuan untuk mengembangkan program hilirisasi pertambangan timah supaya memiliki nilai tambah yang maksimal bagi negeri ini.
Menghadapi kebijakan tersebut, Ridwan mengaku tengah melakukan persiapan untuk pelaksanaan kebijakan pelarangan ekspor timah di tahun depan.
“Kalau kita dilarang ekspor tin ingot itu, kita harus mempersiapkan bagaimana agar proses ini bisa berjalan lancar,” pungkasnya.
Berdasarkan data Peluang Investasi Timah Indonesia 2020, cadangan timah Indonesia merupakan terbesar ke-2 di dunia, yakni 17% dari total cadangan timah dunia, setelah China yang menguasai 23% cadangan timah dunia.
Setelah Indonesia, ada Brazil yang menguasai 15% cadangan timah dunia, lalu Australia 9%, dan Bolivia 8% dari cadangan timah dunia.
Total cadangan timah dunia pada awal 2020 tercatat sebesar 4,74 juta ton logam timah, di mana Indonesia tercatat sebesar 800 ribu ton logam.
Sementara dari sisi sumber daya, sumber daya timah RI tercatat mencapai sekitar 2,88 juta ton logam dan 10,78 miliar ton bijih timah.
Tak hanya menguasai cadangan terbesar kedua di dunia, Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar kedua yakni 22%, setelah China yang mencapai 47% dari produksi dunia.
Adapun produsen timah terbesar ketiga dunia yaitu Bolovia 14%, lalu Malaysia 7% dan Peru 6%.
(CNBC Indonesia)