Membangun Karakter Agar Tak Pudar di Era Milenial

  • Bagikan

Opini >

Parittiga, TajukBabel.com

SMK Negeri 1 Parittiga

Tugas seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada murid-muridnya namun juga

mendidik dan menanamkan karakter baik. Anak yang mulai memasuki dunia sekolah, akan

memperoleh 2 (dua) asuhan dari orang tua yang berbeda dimana asuhan tersebut akan

menanamkan nilai-nilai yang nantinya akan melekat pada diri anak. Kebersamaan orang tua

dengan guru tentunya memiliki durasi waktu yang berbeda semua tergantung dengan jenjang

pendidikan masing-masing seperti TK, SD, SMP, SMA/SMK. Seperti apakah pola sikap dan

tingkah laku anak tercipta? Semua tergantung di lingkungan mana anak lebih lama berada

dan dengan siapa ia bergaul. Mengenai karakter siswa di lingkungan sekolah, hal ini menjadi

PR besar bagi guru untuk membangun karakter siswa yang positif sehingga kemanapun ia

berada, maka karakter-karakter baik tersebut tetap melekat dalam diri anak baik di rumah, di

sekolah maupun di masyarakat.

Menjadi sebuah tantangan besar di era milenial, dimana saat ini gadget sudah menjadi

barang biasa yang digunakan pelajar baik dari usia anak sampai remaja. “Milenial atau sering

disebut generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah generasi X. Mereka lahir pada

kisaran 1980 hingga 2000-an” (Andrean W. Finaka, 2020). Meskipun akhir-akhir ini prestasi

intelektual anak-anak Indonesia mengalami peningkatan cukup baik melalui prestasi di

berbagai Olimpiade Sains Internasional, namun kemunduran justru terjadi pada aspek lain

yang amat penting yaitu aspek moral. Kemunduran pada aspek ini menyebabkan krisis

pendidikan akhlak dalam pendidian kita (Ramlan Setiawan, S.Pd.i, 2022). Adapun perilaku

dari generasi milenial di Indonesia diantaranya adalah pertama, generasi milenial di Indonesia

sangat kecanduan internet. Dalam sehari rata-rata generasi milenial bisa menggunakan

internet dengan durasi lebih dari tujuh jam dengan rentang usia tertentu. Kedua, loyalitas

generasi milenial tergolong rendah. Saat ada produk yang lebih bagus, generasi milenial

dengan mudah akan berpaling. Ketiga, mayoritas milenial lebih memilih melakukan transaksi

non-tunai dengan porsi 59 persen. Perilaku keempat yakni generasi milenial bisa bekerja

dengan lebih cepat dan cerdas lantaran didukung oleh keberadaan teknologi. Perkembangan

teknologi juga mendorong milenial memiliki kemampuan multi-tasking. Perilaku ini membuat

milenial terbiasa melakukan dua hingga tiga pekerjaan sekaligus. Selanjutnya, generasi

milenial juga memiliki perilaku senang berwisata. 1 dari 3 millenial di Indonesia liburan minimal

1 kali dalam setahun. Di sisi lain, milenial terhitung gemar berbagi, peduli dan responsif

terhadap masalah sosial (Yuli Nurhanisah, 2020).

 

 

Kecanduan Gadget menggunakan media sosial, bermain games online, berselancar

di Google, Youtube, TikTok dan berbagai browser lainnya menjadi penyita waktu belajar dan

mengganggu konsentrasi sebagian besar pelajar. Peran orang tua dan guru sangat penting

dalam memantau perkembangan pelajar, akan tetapi peran orang tua yang lebih dominan

karena sejak kecil anak berada dalam asuhan orang tua maka orang tua wajib mengetahui

perkembangan sikap mental dan prilaku anak. Orang tua dalam mengasuh, membesarkan

dan mendidik anak harus memberikan yang terbaik, hal ini merupakan tugas mulia yang tentu

tidak lepas dari berbagai rintangan.

Berbagai bentuk mendidik kebiasaan baik dapat dilakukan guru saat mengajar di

kelas. Kebiasaan baik tersebut dapat dilakukan diantaranya siswa memasuki kelas dengan

tertib dan rapi serta memberi salam kepada guru saat akan masuk ke kelas, mengajarkan

siswa masuk kelas tepat waktu, mengajak siswa memeriksa kebersihan dan kerapian kelas

sebelum pelajaran dimulai, hal ini membiasakan siswa agar peduli terhadap lingkungan dan

menanamkan tanggung jawab bagi petugas piket kelas, mengajak siswa berdoa sebelum dan

setelah belajar, mengajak siswa jujur tidak mencontek saat ulangan, mengajak siswa

beribadah bila tiba waktunya. Selain menyampaikan materi pelajaran, guru sebaiknya selalu

meluangkan waktu untuk memberikan nasehat kepada siswa, misalnya mengajarkan siswa

untuk selalu menerapkan 5S yaitu senyum, sapa, salam, sopan dan santun terhadap sesama

teman, guru dan orangtua, memberikan motivasi dan menjadi pendengar yang baik

khususnya bagi siswa berusia remaja, mengenal karakteristik masing-masing siswa agar

memudahkan dalam proses pembelajaran dan mencari solusi apabila siswa tersebut

mengalami permasalahan di kelas. Dalam menangani siswa remaja, seorang guru perlu

mengetahui ilmu yang dapat disampaikan kepada siswa remaja sebagai bentuk sikap yang

mestinya dikembangkan oleh remaja diantaranya adalah pertama, belajar memahami diri,

dimana remaja memahami kelebihan dan kekurangan dalam dirinya sehingga mampu

membentuk konsep diri yang positif yang dapat menciptakan kepercayaan diri. Kedua,

memiliki sikap tanggung jawab, dimana remaja dapat menerima segala resiko akibat dari apa

yang ia lakukan baik dan buruknya. Ketiga, memiliki keberanian dan kemandirian, dimana

remaja memiliki modal dasar dalam mengarungi hidup yang mendasari segala tindakan yang

dilakukan oleh remaja. Keempat, bersikap jujur, dimana remaja berani menampilkan diri

sebagai dirinya sendiri dengan apa yang dimiliki dan kepribadiannya. Kelima, Bersikap

realistik dan kritis. Dimana remaja mampu melihat keadaan atau kehidupan dengan segala

kenyataan, tidak mudah terpengaruh atau mengikuti suatu hal tanpa disertai sikap kritis,

memiliki pengendalian diri atas dirinya. (Sovia Eprinita, M.Psi., 2020)

Untuk mengimbangi prilaku pelajar era milenial agar tetap berada dalam koridornya

dalam berbagai aspek yakni aspek keilmuan, sosial, moralitas, religiusitas, dan psikologi, guru

menyisipkan pendidikan karakter kepada siswa dalam proses pembelajaran di kelas maupun.

di lingkungan sekolah, yang saat ini sedang ramai diperkenalkan dan mulai

diimplementasikan dalam dunia pendidikan khususnya pada kurikulum merdeka yakni profil

pelajar pancasila. Profil pelajar pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun

dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu pelajar melalui budaya satuan

pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, proyek penguatan profil pelajar Pancasila, dan

ekstrakurikuler. (Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, 2022). Karakter yang

diharapkan dalam Profil Pelajar Pancasila antara lain akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak

kepada manusia, akhlak kepada alam dan akhlak bernegara. Proyek penguatan profil pelajar

Pancasila sangat bermanfaat bagi peserta didik antara lain untuk memperkuat karakter dan

mengembangkan kompetensi sebagai warga dunia yang aktif, melatih kemampuan

pemecahan masalah dalam berbagai kondisi, serta memperlihatkan tanggung jawab dan

kepedulian terhadap isu di sekitar.( Pexels/McElspeth, 2022). Oleh karena itu, sangat

diharapkan peran serta semua pihak diantaranya orang tua, guru dan masyarakat dalam

memantau perkembangan sikap dan tingkah laku generasi muda agar mampu mewujudkan

anak-anak bangsa yang berkarakteristik pembelajar sepanjang hayat, berkemampuan global

dan selalu bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

 

Sumber : Wiji Astuti, S.T 

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *